3 September 2013

10.11



       Bandara International Jakarta, ini kedua kalinya aku berada disini. Pertama dengan seluruh teman-teman INAMSC dari UB, kedua sendirian pulang dari PIMFI. Harus cepet pulang soalnya teman-teman dimalang semuanya galau menyiapkan PIMNAS. My first PIMNAS. Malam ini berbeda, seluruh bandara terasa sepi dan hampa. Aku pulang tanpa jawaban. Beberapa hari dikalimantan, mempelajari pola hidup beberapa orang, suasana disana, berbeda sekali dengan daerah asalku. Rasanya jadi makhluk dewasa itu aneh, tiba-tiba udah gede aja kemana-mana sendirian. Dulu aja pas masih kecil diajak ibu naik kereta nangis, naik bis nangis, naik perahu nangis, naik apapun nangis kecuali sepeda motor. Aku berjalan mengelilingi bandara, bandara ini luas sekali guys, bandara yang dipenuhi orang-orang beruang, kaya, mewah, atau apalah. Saya merasa jadi gadis paling gembel disana. Saya sengaja membeli tiket dengan keberangkatan paling malam, karena itu tiket yang paling murah untuk penerbangan dadakan seperti ini. Ini masih sore atau bahkan masih siang menjelang sore. Belum bisa check in sehingga belum bisa menemukan tempat yang nyaman. Kalau klontang klantung di bandara rawan copet, dan tindak kekerasan lainnya. Mau nunggu ngemper gak ada temen ngobrol. Bandara tempat paling jahat yang tak bisa diterawang semua orang.
      Aku memutuskan memasuki tempat makan paling terkenal seamerika, diIndonesia juga terkenal sebenarnya, bagi kalangan menengah keatas, rumah makan paling mahal. Agak aneh ngapain aku masuk ke tempat makan ini?,, masakannya biasa dan mahal,, tapi pengunjung boleh duduk-duduk disana berjam-jam tanpa diusir,, mau 24 jam sekalipun itu gapapa yang penting beli. Ditempat itu aku nangis bloggie,, aku kangen sekali sama teman-temanku,, tahu gak bloggie,, walaupun kita pergi kemana-mana tapi hati kita tidak pergi kemana-mana,, yang ada dipikiran tetep orang-orang yang sama,,. Didalam tempat makan itu saya sangat hampa,, menyalakan laptop,, tapi gak tahu mau ngetik apa,, akhirnya saya membaca al-qur’an berjam-jam disana agar hati saya tenang,, al-qur’an warna pink,, walaupun itu norak mungkin untuk dilakukan ditempat semacam itu,, tapi semuanya saya tujukan untuk Tuhan,, yang selalu mendampingi saya,,
       19.00 saya memasuki tempat antrian ruang tunggu,, akhirnya check ini juga. Suasananya sangat sepi,, berbeda,, saya dapat melihat bandara dengan sunyi,, suasana yang well mungkin write-able untuk seorang penulis,, ditempat pertama kali seorang keturunan adam menelefon saya dengan halus,, memperhatikan seluruh jiwa saya,, memastikan bagaimana kondisi saya,, saya merasa tidak gembel lagi disana,, saya senang ternyata anda baik,, maaf waktu itu saya tidak sempat mengucapkan terimakasih,, hanya bisa merekam semua tindakan anda dalam tulisan dihati saya,,


You Might Also Like

0 komentar