Semalaman merenenung tentang mengapa akhir-akhir ini aku membaca buku ini buku itu, film ini film itu, channel youtube ini dan itu, dari semua ini dan itu semua tidak terlepas dari psikologi, karena akhir-akhir ini sangat jenuh dengan pekerjaan yang berulang setiap hari tiba-tiba berfikir apakah cita-citaku sebenarnya menjadi seorang psikolog ya? Aku sangat suka mempelajari emosi, baik emosiku sendiri, maupun emosi orang lain. Aku selalu tertarik mempelajari mengapa aku bahagia, mengapa aku menangis, mengapa dia marah, mengapa emosi itu yang kita pilih untuk kita ekspresikan, aku benar-benar tertarik dengan itu semua. Setidaknya rasa penasaranku bisa menjadi obat kejenuhan pekerjaan sehari-hariku.
Pekerjaan sehari-hariku adalah seperti ini, aku bekerja pada shift pagi dan siang yang kurang lebih mengambil 8 jam waktuku setiap harinya. Jika aku berkerja pada shift pagi pertama aku harus merencanakan kebutuhan obat depo farmasi untuk hari ini, melakukan permintaan obat ke gudang, menerima dan menatanya, mengemasi obat-obat fast moving untuk mempercepat pelayanan hingga pukul 09.00, setelah itu 50-200 pasien dari rawat jalan, 2-10 pasien dari IGD, 2-15 pasien rawat inap, 0-2 pasien OK VK ICU akan mulai ke apotek dan pekerjaan utamaku akan dimulai, jika beruntung ada 4 personal di shift pagi maka aku bisa memilih salah satu posisi entah sebagai penganalisis + penginput resep, penyiapan, juru racik atau pemberi edukasi pasien. Bukan rahasia jika kenyataan tidak pernah seideal itu, sehingga seringnya di pagi hari aku sendirian atau berdua dengan TTK gudang merangkap semua pekerjaan utama itu. Jika aku bekerja pada shift siang aku harus melanjutkan pekerjaan shift pagi yang tidak selesai, mengecek dan membuat perencanaan untuk pasien rawat inap selama satu hari, jujur bekerja pada shift siang lebih berat dari shift pagi.
Dari semua part-part tersebut, dalam post ini aku ingin menceritakan ketika aku sebagai pemberi edukasi. Posisi ini membutuhkan komunikasi dan kerja sama emosi yang baik, baik dari pemberi edukasi maupun pasien. Pasien mengekspresikan banyak sekali emosi, begitu juga aku. Berikut adalah 9 pasien yang memberikan pengalaman emosi terbaik kepadaku :'>
1. Pasien pertama, pasien pertama datang setiap hari kamis siang, pasien dari poli penyakit dalam, beliau adalah seorang Bapak, usianya sekitar 67 tahun, pertama kali bertemu dengan beliau di lantai 4 pada saat aku melakukan visite farmasi, jarang sekali aku melakukan visite karena tuntutan serangkaian pekerjaan yang kuceritakan pada paragraf dua. Beliau kurang lebih menghabiskan 10 hari di poli rawat inap, kemudian kontrol setiap satu bulan sekali. Jika probabilitasnya tepat, kita akan bertemu satu bulan sekali. Setiap bertemu beliau selalu tersenyum dan menyapa namaku, menunggu obat dengan sabar, memperhatikan setiap kalimatku pada setiap momen edukasi, kemudian dia berkata "kegiatan mba uchi sehari-hari apa selain bekerja?", dia menunjukkan mimik muka kecewa karena aku tidak melanjutkan kuliah lagi ke jenjang yang lebih tinggi setiap kontrol dan bertemu denganku, "jangan lupa minum air putih lho mba uchi, biar tetep sehat jika sekolah lagi". Biasanya aku hanya tersenyum, emote titik dua tanpa mulut di whatsapp.
2. Pasien kedua, pasien kedua datang setiap hari rabu, pasien dari poli penyakit dalam juga, satu-satunya pasien yang pernah bertanya perbedaan candesartan, irbesartan dan valsartan bersama perbedaan pada setiap dosisnya. Beliau adalah seorang dokter hewan, selama edukasi beliau menjelaskan perbedaan-perbedaan dosisnya antara hewan dan manusia, menceritakan penelitian-penelitian terbarunya, beberapa klaim tidak benar dimasyarakat. Beliau selalu bisa menjawab mengapa telinga kuda berbalik ke belakang jika dia tidak nyaman denganku, mengapa ibu dan anak kucing tidak pernah akur ketika mereka dewasa. Aku sangat senang dan menanti setiap cerita Bapak tersebut :')
3. Pasien ketiga, pasien ketiga datang setiap hari selasa, pasien dari poli mata, seorang Bapak juga, pengacara atau bagian hukum lainnya pekerjaannya. Beliau adalah pasien BPJS dengan penyakit glaukoma sudut mata terbuka, harga obatnya mahal, tidak di cover BPJS. Dia mengeluarkan emosi marah dan kecewa atas kesalahan sistem yang berdasarkan pemahamanku itu bukan kesalahanku. Harga obat tersebut sekitar 400rb, sementara aturan yang dibuat bosku untuk semua pasien rawat jalan nilainya kurang dari itu sehingga aku tidak bisa memberikan dan menjelaskan prosedur tersebut kepada beliau, beliau tidak bisa menerima penjelasanku dan marah sehingga aku tiba-tiba menangis, aku masuk kembali ke dalam apotek, menceritakan kepada bosku, aku dilarang memberikan obat semahal itu kepada pasien dengan alasan prosedur itu, tetapi bosku memberikan obatnya diluar dari prosedur, pasien merasa senang dan mengira aku berbohong, aku merasa jadi kambing hitam dan jahat, life yha :'>
4. Pasien keempat, pasien yang hanya kutemui satu kali, masih berumur 14 tahun, pasien poli penyakit jiwa, datang ke apotek di sore hari. Aku mempunyai kebiasan memutar musik saat bekerja, biasanya musik instrumen penenang di pagi hari karena pasiennya banyak, dan musik kesukaanku di sore hari untuk membangunkan kembali semangatku. Musik kesukaanku baru bisa ku putar di sore hari karena bosku sudah pulang, bosku sangat tidak menyukai musik dan itu membuat bekerja dengannya sangat membosankan actually. Sore itu aku memutar lagu taylor swift, aku melihat pasienku menikmatinya, hingga akhirnya tiba waktunya aku mengedukasi obatnya, yang membuatku terkejut dia tidak menanyakan obatnya sama sekali, dia bertanya "mba uchi penggemar taylor swift juga ya? aku suka lho mba nungguin obat kalo lagu itu diputar", OMG pertama kalinya aku mendapat apresiasi dari pasien terhadap musik yang ku putar :'>
5. Pasien kelima, pasien ini datang setiap hari jum'at setiap bulannya, pasien dari poli paru, asma. Obatnya hanya satu macam, spiriva respimat. Tidak ada yang spesial selain kesabarannya. Dia hanya mendapat satu obat dan tetap bisa mengucapkan terimakasih setalah 4 jam atau lebih menunggu antrian, tidak pernah mengekspresikan emosi marah sedikitpun :')
6. Pasien keenam, satu-satunya pasien anak yang mendapat 3 botol asam valproat setiap bulannya, karena masalah sistem biasanya aku memberikan 2 botol dulu, botol ketiga menyusul, sehingga dipastikan dia akan ke apotek dua kali dalam sebulan dan selalu bilang "butuhnya tiga ya mba, jangan lupa botol terakhirnya". Pasien ini menjadi spesial karena tidak lelah mengingatkan untuk perbaikan sistem yang baik, setiap bangun tidur aku membaca WA nya, "jangan lupa ya mba", terimakasih ibu anda membuat saya merasa seperti apoteker yang benar-benar dibutuhkan dan itu penting :'>
7. Pasien ketujuh, pasien anak dari poli penyakit syaraf dan jiwa dengan sakit kejang berat. Obatnya ada 6 macam, dan mahal. Seperti pada poin ketiga, aturan yang membuatku tidak bisa memberikan semuanya, tetapi beliau bisa menerimanya, dengan teliti. Obatnya tidak belasan jumlahnya bisa puluhan, salah satunya depakote sebanyak 180 tablet. Karena tidak bisa diberikan sepenuhnya dan beliau benar-benar membutuhkannya untuk anaknya, beliau adalah satu-satunya pasien yang akan menghitung kembali jumlah obatnya tanpa merasa kecewa sedikitpun <':
8. Pasien kedelapan, sepasang suami istri dari poli penyakit jantung, obatnya sama persis, banyak. Mereka berdua selalu sabar mendengarkanku menjelaskan satu persatu obatnya, dan selalu bertanya pertanyaan yang sama setiap bulannya, "maaf mba sudah berkeluarga kah?", setiap mendengar pertanyaan ini sebenarnya aku seperti disambar petir tetapi berusaha sekuatnya untuk tersenyum, aku hanya tersenyum dan mereka berdua melanjutkan kalimatnya "anak kami putri baru bertemu jodohnya pada usia 39 tahun, tidak apa-apa, nanti jodoh mba pasti ketemu tapi jangan lupa berdo'a, jangan lupa minta sama Allah ya mba uchi" ..... setiap ingat kedua pasien itu aku jadinya selalu menyebut nama cowo yang kusuka setiap sholat :'>
9. Pasien kesembilan, pasien dari poli jantung, syaraf, penyakit dalam dan mata. Pasien yang mungkin setiap minggu akan kutemui. Pasien yang selalu membantuku menghitung jumlah obat dan penjadwalan obatnya, aku merasa sangat berguna sekali walaupun pasien hanya mengucapkan "terimakasih ya mba sudah dituliskan setiap jamnya pada setiap etiket obat" ... :'>
begitulah cara kerja ke sembilan pasien ini dalam memicu ekspresi emosi terbaikku, terimakasih yha~
salam hangat,
uchi