my personal life

kepada 9 pasien terbaik dari apt uchi

19.05


Semalaman merenenung tentang mengapa akhir-akhir ini aku membaca buku ini buku itu, film ini film itu, channel youtube ini dan itu, dari semua ini dan itu semua tidak terlepas dari psikologi, karena akhir-akhir ini sangat jenuh dengan pekerjaan yang berulang setiap hari tiba-tiba berfikir apakah cita-citaku sebenarnya menjadi seorang psikolog ya? Aku sangat suka mempelajari emosi, baik emosiku sendiri, maupun emosi orang lain. Aku selalu tertarik mempelajari mengapa aku bahagia, mengapa aku menangis, mengapa dia marah, mengapa emosi itu yang kita pilih untuk kita ekspresikan, aku benar-benar tertarik dengan itu semua. Setidaknya rasa penasaranku bisa menjadi obat kejenuhan pekerjaan sehari-hariku. 

Pekerjaan sehari-hariku adalah seperti ini, aku bekerja pada shift pagi dan siang yang kurang lebih mengambil 8 jam waktuku setiap harinya. Jika aku berkerja pada shift pagi pertama aku harus merencanakan kebutuhan obat depo farmasi untuk hari ini, melakukan permintaan obat ke gudang, menerima dan menatanya, mengemasi obat-obat fast moving untuk mempercepat pelayanan hingga pukul 09.00, setelah itu 50-200 pasien dari rawat jalan, 2-10 pasien dari IGD, 2-15 pasien rawat inap, 0-2 pasien OK VK ICU akan mulai ke apotek dan pekerjaan utamaku akan dimulai, jika beruntung ada 4 personal di shift pagi maka aku bisa memilih salah satu posisi entah sebagai penganalisis + penginput resep, penyiapan, juru racik atau pemberi edukasi pasien. Bukan rahasia jika kenyataan tidak pernah seideal itu, sehingga seringnya di pagi hari aku sendirian atau berdua dengan TTK gudang merangkap semua pekerjaan utama itu. Jika aku bekerja pada shift siang aku harus melanjutkan pekerjaan shift pagi yang tidak selesai, mengecek dan membuat perencanaan untuk pasien rawat inap selama satu hari, jujur bekerja pada shift siang lebih berat dari shift pagi.

Dari semua part-part tersebut, dalam post ini aku ingin menceritakan ketika aku sebagai pemberi edukasi. Posisi ini membutuhkan komunikasi dan kerja sama emosi yang baik, baik dari pemberi edukasi maupun pasien. Pasien mengekspresikan banyak sekali emosi, begitu juga aku. Berikut adalah 9 pasien yang memberikan pengalaman emosi terbaik kepadaku :'>

1. Pasien pertama, pasien pertama datang setiap hari kamis siang, pasien dari poli penyakit dalam, beliau adalah seorang Bapak, usianya sekitar 67 tahun, pertama kali bertemu dengan beliau di lantai 4 pada saat aku melakukan visite farmasi, jarang sekali aku melakukan visite karena tuntutan serangkaian pekerjaan yang kuceritakan pada paragraf dua. Beliau kurang lebih menghabiskan 10 hari di poli rawat inap, kemudian kontrol setiap satu bulan sekali. Jika probabilitasnya tepat, kita akan bertemu satu bulan sekali. Setiap bertemu beliau selalu tersenyum dan menyapa namaku, menunggu obat dengan sabar, memperhatikan setiap kalimatku pada setiap momen edukasi, kemudian dia berkata "kegiatan mba uchi sehari-hari apa selain bekerja?", dia menunjukkan mimik muka kecewa karena aku tidak melanjutkan kuliah lagi ke jenjang yang lebih tinggi setiap kontrol dan bertemu denganku, "jangan lupa minum air putih lho mba uchi, biar tetep sehat jika sekolah lagi". Biasanya aku hanya tersenyum, emote titik dua tanpa mulut di whatsapp. 

2. Pasien kedua, pasien kedua datang setiap hari rabu, pasien dari poli penyakit dalam juga, satu-satunya pasien yang pernah bertanya perbedaan candesartan, irbesartan dan valsartan bersama perbedaan pada setiap dosisnya. Beliau adalah seorang dokter hewan, selama edukasi beliau menjelaskan perbedaan-perbedaan dosisnya antara hewan dan manusia, menceritakan penelitian-penelitian terbarunya, beberapa klaim tidak benar dimasyarakat. Beliau selalu bisa menjawab mengapa telinga kuda berbalik ke belakang jika dia tidak nyaman denganku, mengapa ibu dan anak kucing tidak pernah akur ketika mereka dewasa. Aku sangat senang dan menanti setiap cerita Bapak tersebut :')

3. Pasien ketiga, pasien ketiga datang setiap hari selasa, pasien dari poli mata, seorang Bapak juga, pengacara atau bagian hukum lainnya pekerjaannya. Beliau adalah pasien BPJS dengan penyakit glaukoma sudut mata terbuka, harga obatnya mahal, tidak di cover BPJS. Dia mengeluarkan emosi marah dan kecewa atas kesalahan sistem yang berdasarkan pemahamanku itu bukan kesalahanku. Harga obat tersebut sekitar 400rb, sementara aturan yang dibuat bosku untuk semua pasien rawat jalan nilainya kurang dari itu sehingga aku tidak bisa memberikan dan menjelaskan prosedur tersebut kepada beliau, beliau tidak bisa menerima penjelasanku dan marah sehingga aku tiba-tiba menangis, aku masuk kembali ke dalam apotek, menceritakan kepada bosku, aku dilarang memberikan obat semahal itu kepada pasien dengan alasan prosedur itu, tetapi bosku memberikan obatnya diluar dari prosedur, pasien merasa senang dan mengira aku berbohong, aku merasa jadi kambing hitam dan jahat, life yha :'>

4. Pasien keempat, pasien yang hanya kutemui satu kali, masih berumur 14 tahun, pasien poli penyakit jiwa, datang ke apotek di sore hari. Aku mempunyai kebiasan memutar musik saat bekerja, biasanya musik instrumen penenang di pagi hari karena pasiennya banyak, dan musik kesukaanku di sore hari untuk membangunkan kembali semangatku. Musik kesukaanku baru bisa ku putar di sore hari karena bosku sudah pulang, bosku sangat tidak menyukai musik dan itu membuat bekerja dengannya sangat membosankan actually. Sore itu aku memutar lagu taylor swift, aku melihat pasienku menikmatinya, hingga akhirnya tiba waktunya aku mengedukasi obatnya, yang membuatku terkejut dia tidak menanyakan obatnya sama sekali, dia bertanya "mba uchi penggemar taylor swift juga ya? aku suka lho mba nungguin obat kalo lagu itu diputar", OMG pertama kalinya aku mendapat apresiasi dari pasien terhadap musik yang ku putar :'>

5. Pasien kelima, pasien ini datang setiap hari jum'at setiap bulannya, pasien dari poli paru, asma. Obatnya hanya satu macam, spiriva respimat. Tidak ada yang spesial selain kesabarannya. Dia hanya mendapat satu obat dan tetap bisa mengucapkan terimakasih setalah 4 jam atau lebih menunggu antrian, tidak pernah mengekspresikan emosi marah sedikitpun :')

6. Pasien keenam, satu-satunya pasien anak yang mendapat 3 botol asam valproat setiap bulannya, karena masalah sistem biasanya aku memberikan 2 botol dulu, botol ketiga menyusul, sehingga dipastikan dia akan ke apotek dua kali dalam sebulan dan selalu bilang "butuhnya tiga ya mba, jangan lupa botol terakhirnya". Pasien ini menjadi spesial karena tidak lelah mengingatkan untuk perbaikan sistem yang baik, setiap bangun tidur aku membaca WA nya, "jangan lupa ya mba", terimakasih ibu anda membuat saya merasa seperti apoteker yang benar-benar dibutuhkan dan itu penting :'>

7. Pasien ketujuh, pasien anak dari poli penyakit syaraf dan jiwa dengan sakit kejang berat. Obatnya ada 6 macam, dan mahal. Seperti pada poin ketiga, aturan yang membuatku tidak bisa memberikan semuanya, tetapi beliau bisa menerimanya, dengan teliti. Obatnya tidak belasan jumlahnya bisa puluhan, salah satunya depakote sebanyak 180 tablet. Karena tidak bisa diberikan sepenuhnya dan beliau benar-benar membutuhkannya untuk anaknya, beliau adalah satu-satunya pasien yang akan menghitung kembali jumlah obatnya tanpa merasa kecewa sedikitpun <': 

8. Pasien kedelapan, sepasang suami istri dari poli penyakit jantung, obatnya sama persis, banyak. Mereka berdua selalu sabar mendengarkanku menjelaskan satu persatu obatnya, dan selalu bertanya pertanyaan yang sama setiap bulannya, "maaf mba sudah berkeluarga kah?", setiap mendengar pertanyaan ini sebenarnya aku seperti disambar petir tetapi berusaha sekuatnya untuk tersenyum, aku hanya tersenyum dan mereka berdua melanjutkan kalimatnya "anak kami putri baru bertemu jodohnya pada usia 39 tahun, tidak apa-apa, nanti jodoh mba pasti ketemu tapi jangan lupa berdo'a, jangan lupa minta sama Allah ya mba uchi" ..... setiap ingat kedua pasien itu aku jadinya selalu menyebut nama cowo yang kusuka setiap sholat :'> 

9. Pasien kesembilan, pasien dari poli jantung, syaraf, penyakit dalam dan mata. Pasien yang mungkin setiap minggu akan kutemui. Pasien yang selalu membantuku menghitung jumlah obat dan penjadwalan obatnya, aku merasa sangat berguna sekali walaupun pasien hanya mengucapkan "terimakasih ya mba sudah dituliskan setiap jamnya pada  setiap etiket obat" ... :'>

begitulah cara kerja ke sembilan pasien ini dalam memicu ekspresi emosi terbaikku, terimakasih yha~

salam hangat,
uchi

my personal life

to be moral people

05.33


You need to be a better version of yourself, ok? and I do too

The Good Place follows Eleanor, Chidi, Jason and Tahani as they find themselves in the afterlife in the so-called "Good Place" but come to wonder if they really belong there. Each of the four main characters makes up one piece of the morality puzzle. Every one of the four has something to teach the others about how to live morally, with their strengths combined, the four together add up to one complete moral person.

Each central character in the good place has one piece of what it takes to be a good person, Eleanor is the will, Chidi is the conscience, Jason is a kindness on a personal scale, and Tahani is kindess on a larger community scale. Each of these elements is a very positive thing, but none is enough on its own. The characters eventually understand that they make each other better by being together and likewise, if we want to be moral people, we need all four of these components.

1. as the Will Eleanor implements the others' abstract desires and turns them into the action. She has the drive of act that the others often lack, especially Chidi. But Eleanor's drive to act can be either for good or more often when shes's left to her own devices, for bad. She need to learn what the philosopher Immanual Kant called "good will". According to Kant, good will has two parts (1) First, using reason to recognize the right thing to do, (2) and second acting based on this sense of moral obligation or duty. So the two steps are essentially the "good" plus the "will". Eleanor has the "will" part down. What she lacks, and need to gain from others is the "good". During the group's test, the judge evaluates Eleanor is selfishness, you're supposed to do good things because you're good, not because seeking of moral dessert, because without the good in "good will" there's nothing to prevent us for making purely self-serving choices. Eleanor starts filling in that missing first step and understanding how to reason out her moral choices. Thanks to lessons from her new friends, Chidi provides that the "reason" that sorts out the good from the bad, and Jason and Tahani provide the kindness and the desire to do good. But the kindness and good intentions of the three are useless without Eleanor's ability to carry them out. She becomes the decision maker of the group, and even feels like the leader most of the time because she has the will to make change happen.

2. Chidi represents the knowledge of right and wrong, and this basically makes him the conscience of the group. He knows virtually everything there is to know about how to be a good person, and this knowledge is essential for behaving in a moral way: without it, Eleanor, Jason and Tahani would remain ignorant, still, what Chidi lacks is the ability to translate his knowledge into the action. He's paralyzed by his hyper-awareness of the moral ramifications of every tiny decision. His test from the judge is simply to make a choice, and he feels miserably. He needs Eleanor to execute his reason in behavior, "the best version of me is just as much about my effect on the world around me as it is about my own egocentric self-image. This key revelation from Chidi finally makes this connection between his intentions and the result or impact of his actions. He spent his life trying to embody an abstract, perfect good. But since goodness has to be expressed in action, it can't be perfect except in theory "I spent my whole life trying to learn about right and wrong, and apparently, i failed. Chidi spent his life thinking about good instead of doing it, and that's why he ended up in the bad place, "indecision caused you so much agony in your life"

3. Jason embodies kindness on a personal level, unlike the other three, he actually had close supportive friendships while he was on earth. He's always understood the value of relationships with other people, which is something that Eleanor, Chidi and Tahani are still learning. He's very sweet, and his first instinct is always to be nice to people, "and i promise to always be nice to you". Showing others kindness is an important part of being a good person, but what Jason needs to gain from the others, and especially Tahani. is a broader understanding of how to be good, not just in the moment, but in the long run. He fails his test from judge because he doesn't even bother to figure out what the test really is : he sees the video games, something that will bring him immediate happiness, and he jump on it without examining the consequences. "Your test is about impulse control, but you never asked if you could opt not to play, I mean, you basically told me, an all-knowing judge, to just shut up and go away". So Jason needs to find the will to improve, and develop the foresight to consider how the moment at hand affects the future, "it's basic consequentialism the morality of an action is solely judged on its consequences".

4. While jason is kind to the individuals in his life, Tahani represents good works for the benefit of the community, and the world. She's a phillanthropist who has made the world a better place in a quantifiable way. The results of her charitable generousity are an indisputably positive, meaningful contribution to the greater good. But the problem is that her motivations are entirely selfish. Despite the good outcome, her behavior is lacking morality because is never grounded in love for other people, and that's what she needs to learn from Jason, "you are awesome, be nicer to yourself".


Eleanor and Chidi, and Jason and Tahani are paired as fake "soulmates", precisely because they're complete opposites. Michael assumes these people are so ill-matched, they'll torture each other. But ironically, Eleanor and Chidi, and arguably Jason and Tahani too become each other's soulmates. What makes them total opposites actually allows them to bring out the best in each other. Eleanor's will forces Chidi to stop being so hesitant and wishy-washy. And Chidi is a conscience helping Eleanor decipher right from wrong, he's the voice inside her head she keeps referring to. Jason shows Tahani the importance of sincerely meaning the kind things you do. And Tahani helps Jason understand the impact of his actions.

What is a soulmate, then?
We might picture our soulmate as someone we have a lot in common with, who's a mirror of us, made of the same stuff we are. But The Good Place is saying a soulmate is more the thing you're missing. And opposites don't just attract, they also complete each other. Fundamentally, your soulmate is just the person who makes you better than you can be without them. So the show telling us you don't necessarily need to find that perfect cosmically chosen match. you and your partner can develop into a soulmate by working on yourselves together. The Good Place's overriding message is that it's our love for one another that makes us good. Being a good person is hard work, but if you truly understand the value of the people in your life, it's hard work you want to do. 


beautiful hello

mengelola cara pandang di hari minggu

03.57


Hari minggu ini memutuskan untuk membersihkan taman kecil di rumah setelah beberapa minggu terakhir dihabiskan untuk menulis. Bangun tidur agak kesiangan, cuci muka, membuat secangkir susu hangat, mengambil headset, memutar musik kesukaan dan mulai berkebun. Tidak ada hal terlalu rumit dalam berkebun, pertama aku akan memantau apakah tanaman kecilku tumbuh dengan baik, kedua apakah rumputnya sudah cukup subur untuk dicabut? Aku menanam tanaman-tanaman dengan waktu tumbuh lumayan lama, seperti kaktus, sukulen, gerbera, zz plant dan lainnya, sehingga setiap aku mengeceknya setiap bulan tidak ada perubahan yang terlalu berarti, mereka selalu tampak muda :)


Lihat, mereka biasanya berubah setelah 6 bulan, kadang melihat mereka sering sedih juga karena selama enam bulan mereka menunjukkan perubahan signifikan, sementara hidupku? masih biasa-biasa aja dan itu tidak apa-apa :)

Kemudian apa yang biasanya ku temukan dan berkembang sangat cepat? Rumput liar. Ketika kamu mendengar kata rumput liar, kira-kira pikiran kamu mengarah ke arah positif, negatif atau biasa aja? Pikiran pertama yang terlintas di pikiran kamu itu kurang lebih bisa mendeskripsikan kepribadian kamu dalam memandang sesuatu. Pengalaman membersihkan rumput biasanya ku lakukan sendirian, terkadang bersama adek perempuanku, dan terkadang juga bersama ibuku. Aku termasuk orang yang sedikit tertarik dengan rumput, aku sengaja tidak membersihkannya setiap minggu karena menurutku mereka juga layak untuk hidup pada musim tertentu, rumput juga sama dengan tanaman hias lainnya, menghasilkan oksigen dan membersihkan udara untuk kita, jadi tidak ada salahnya memberi kesempatan kepada mereka untuk hidup sedikit lebih lama. Berbeda denganku, adekku selalu ingin membersihkannya setiap rumput mulai terlihat tumbuh karena dia berfikir rumput merugikan tanaman inangnya, itu akan menyakitkan bagi tumbuhan inang di sekitarnya, dan beberapa rumput mengundang ulat yang merugikan juga katanya, sementara ibuku sangat suka dengan rumput, dia menyukai rumput dan dia mencabutnya juga, sedikit tidak selaras tapi itu terjadi, setiap mencabut rumput ibu selalu berkata "ibu itu kayak rumput, kuat, bisa hidup dimana saja, tidak gampang menyerah untuk mati, dicabut pun akan tumbuh lagi"(?)

Ketiga cara pandang tersebut tidak ada yang salah kan? Menarik semenarik beberapa rumput yang berhasil ku potret <'3

akar rumput sangat panjang, minimal 2x dari tingginya

beberapa rumput terlihat tidak seperti rumput, beberapa terlihat seperti pohon kecil

jika rumput berhasil dicabut, mereka tidak mudah menyerah, mereka membawa banyak tanah bersama akarnya

jika kamu beruntung, kamu akan menemukan Ibu siput dan anak-anaknya selama membersihkan rumput, beberapa rumput meneduhkan bayi-bayi siput

Dimana pun posisi rumput berdiri di pikiran kalian, baik sebagai hal baik, hal buruk atau hal biasa aja, rumput mengajarkan kita bahwa cara pandang kita perlu dikelola. Kalian tidak perlu benar-benar memelihara rumput atau terlalu histeris mencabutnya ketika dia mulai tumbuh, tidak perlu terlalu memuji "wah rajinnya" ketika melihat tetangga kalian bersih-bersih rumput atau mengatakan "dia malas banget orangnya" ketika melihat rumput tumbuh panjang di halaman rumah tetangga. Cara pandang mereka dan kita berbeda, dan perbedaan itu indah :)