sastra uchi

tapak

01.47

sekarang bangku-bangku tak nampak lagi,, perahu terus memaksa kehendaknya, pohon-pohon membentuk pagar jalan menyambutnya,, dia menggunakan jalan kecilnya untuk berlari,, setapak bertapak-tapak hidup tak muncul juga,, mimpi bukan,, tidak pernah ada mimpi,, mimpi hanya hak mereka,, aku hampir lupa kamus bermimpi,, jika boleh bermimpi aku bermimpi dapat menjelaskan sempurna apa itu mimpi,, menjelaskan dengan lemahnya seorang gadis diatas ribuan egosentrik mendominasi dunia,, tertawa dalam air mata,, berbangga mengalahkan satu mimpi dengan mimpi-mimpi,, hai penjajah mimpi-mimpi goreskan ulang makna mimpi,, goreskan ulang sepanjang apapun yang kau mau dirumah pohonku ini,, goreskan,, kumohon goreskan,,

photo taken by mutia puspita sari
desie suci permata sari 
published 030215

sastra uchi

hitam

01.13

jari-jari tidak berhenti mengejarnya,, berlomba-lomba dengan kaca mata pasir,, seolah bisu dalam teriak-teriakan nyata,, menerkam tebing-tebing batu,, menenggelamkan diri padahal berdiri,, berendam keringat dalam tidur,, waktu terlalu lama bertanggung-jawab,, matahari berlari awan bersembunyi,, terus-menerus menyembunyikan selayak hal-hal terlindungi,, awan dengarkan aku,, aku tidak berteman lagi dengan air mata,, dia tidak pernah mengenal air mata. Hidupnya terlalu bahagia untuk mendefinisikan bahagia,, bahkan sebenarnya dia tidak pernah bahagia,, dia musuh nyata bagi bahagia begitu juga air mata,, dan mereka semua buta,, apakah perlu teleskop untuk melihatnya?,,

photo taken by mutia puspita sari
desie suci permata sari
published 030215

sastra uchi

cokelat

00.33

keramaian,, ditempat yang dinamakan keramaian,, melebihi 40 malaikat pencabut nyawa pengintai-pengintai tak terlihat,, melebihi selipan tumpukan jurnal-jurnal,, kamera-kamera selalu menghiasi topeng-topeng kehidupan,, gadis kecil itu melepas sepatu kacanya,, menggunakan telapak kakinya di dalam ratusan-ratusan toga-toga mencarinya,,
pria berkaca mata itu nampak duduk di deretan 441,, jauh dibelakang menyaksikan cita-cita dia,, satu-satu mencari,, satu-satu bersembunyi,, detik itu hampir membuat gadis terlarut dalam ombak topeng kebagiaan,, tersenyum ditengah-tengah kebanggaan semu,, sementara dia tersenyum menyaksikan cita-cita tersembunyi berhasil dilalui,, setelah menempuh milyaran km menujunya,, berenang dengan kereta-kereta,, menghabiskan 140 matahari dalam ring bola basket,,definisi waktu tak terdefinisi,, pria itu membuang kaca matanya mengejarnya,,

"seribu tanya sesat didada,, haruskan bimbang meraja,, telah tepis harapanku,, sendiri mencari bayangmu,, kutunggu dirimu selalu kutunggu,, walaupun kutahu kau jauh,, kau jauh,, kutahu kau jauh,,"

photo taken by mutia puspita sari

desie suci permata sari
published 030214