sometimes
05.07
“kamu kenapa suntuk sekali?”
“ci menurutmu bagaimana kalau aku putus”
“kenapa bertanya seperti itu?,, yakin akan meninggalkan wanita sebaik
itu?”
“aku engga tahan ci,, terlalu keras kepala”
“keras kepala mengakhiri semua yang selama ini kalian bangun bersama?”
.........hening.........
“hmm kamu engga biasanya kayak gini,, coba kamu ingat-ingat lagi
perjuangan kamu buat ngedapetin dia”
........hening..........
“coba kamu ingat-ingat lagi cita-cita kalian berdua saat bersama-sama,,
bagaimana kalian bisa masak bareng-bareng”
........hening..........
“kamu engga naksir cewe lainkan?”
........hening...........
“heyy,, kamu engga sedang jatuh cinta sama cewe lainkan?”
“engga ci,, kenapa bertanya seperti itu?”
“apa alasan seorang pria meninggalkan wanita yang sempurna,, kecuali ada
alasan yang tak terdefinisikan,, seperti jatuh cinta pada waktu yang tidak
dapat disimpulkan”
“aku engga jatuh cinta ci,, aku hanya tidak bisa bertahan dengan sifat
keras kepalanya”
“bukan bertahan didalam kekeras kepalaan,, memang semua orang bisa
menemanimu,, tapi yang bertahan karena kamu? Gak semuanya bisa,, coba kasih dia
bunga ketika kalian ada dimusim salju,, dia begitu menyayangimu”
“ga bisa ci,, ga sanggup,,”
“kalau diteruskan apa konsenkuensinya?”
“seperti ada di taman bunga, tetapi aku
tidak pernah ada di sana”
Aku menarik nafas dengan sangat panjang,,
“Okee,, silahkan putus tapi mintalah izin
kepada ibumu terlebih dahulu,, jadikan ini dosa terakhirmu,, jangan sakiti
perempuan lainnya,, setelah ini pilihlah semua hal dengan sangat bijaksana,,
cewe paling menyebalkan sekalipun punya hati,, perasaan”
“udah minta izin ci”
“ha? Apa katanya?”
“beliau menyerahkan keputusan terbaik ada ditanganku”
--------hening---------
“kenapa diam?”
“heran aja,, ternyata pria ramah, sopan, dan baik seperti kamu bisa
lemah cuma gara-gara cewe? Haha pertama kalinya aku melihat yang seperti itu”
“kamu pernah pacaran gak sih ci?”
“engga”
-------hening---------------
Seperti kabut
datang dan menghilang memperindah hujan, muncul singkat menggantikan pelangi. Aku
kembali pulang menelusuri pohon-pohonku. Pohon-pohon yang tak pernah meminta di
lewati namun tetap tersenyum. Dalam setiap langkah aku memikirkan setiap
kata-kata tembakau, sahabatku. Pertama kalinya aku melihatnya serapuh itu. Rapuh
dalam kesetiaan budi pekerti dan perasaan, rapuh dalam kebahagiaan orang lain dan
ketenangan hatinya,, rapuh melawan dunia untuk kebebasan dirinya, berperang
dalam kerapuhan,, berperang melawan dirinya,, dan dia memenangkan perang
kerapuhan itu,, dia benar-benar bisa berjalan dengan keputusan hatinya,, walau
mungkin dunia akan membakarnya. Hah, itulah pelajaran yang kudapatkan. Sekarang
aku mengerti perbedaan wanita dan pria,, harusnya teori pria mengambil
keputusan menggunakan logika dan wanita menggunakan perasaan itu di hapuskan,,
karena pada dasarnya pria dan wanita sama-sama mempunyai logika dan perasaan,,
hanya saja pria menggunakan logika dan perasaannya atas dasar “suara hatinya”
sementara wanita? Kebanyakan wanita menggunakan logika dan perasaannya untuk memikirkan
“suara hati orang lain”,, right? sometimes true.
Aku suka berada di puncak gunung dan di dasar samudra,, karena disana
aku tidak mendengarkan perkataan mereka – (df, 2012)
0 komentar