where did even my January go?
18.11
give me the choice of a delicious dinner out in a fancy restaurant or new book, and I wouldn't hesitate in choosing the latter.
bulan Januari, adalah bulan pertama di tahun 2017, bulan ketiga di tempat kerja baru, bulan yg ".........." dimana hanya beberapa orang terdekat yg tahu,, bulan yg beberapa rencana terus berjalan,, bulan dimana beberapa buku bertambah dan menghilang,, bulan dimana banyak kalau ditulis satu-satu,, tetapi dari bulan januari paling seneng dengan adanya beberapa bacaan terbaik baik dari blog maupun dari buku,,
misalnya lg seneng belajar dinda ps, dinda menikah bulan januari ini dengan Rudy, suka banget sama konsep pernikahannya, minimalis dan gargeous, oiya yg sebenernya bikin suka adalah, konsep pengenalan setiap karakternya dari blog the story of january-nya dinda, terus konsep pernikahan dinda adalah DIY (do it yourself), dibantu sama teman-teman dekatnya pasti, dan mereka bilang mereka merasa beruntung karena mempunyai "tons of talented and helpful friends" ,, setelah membaca konsepnya sekilas,, jadi banyak bayangan ide-ide bermunculan dan sempet bincang-bincang ringan sama dewi
"kamu mw konsep nikah kaya gmn wi?"
"kaya gn ci, ak mw disini, outdoor, ak gasuka dirumah soalnya rumahku kecil"
"hmm,, oke juga,, pas nikah mw minta bantuan siapa aja wi"
"kamuuuuu,, bapakku,, mbakku,, ibukku,,siapa lagi yaa,, via kayaknya gabisa"
"masalah foto? dekor? makan?"
"hmmm....."
"kalo kamu ci?"
"aku maw di perpus aja kayaknya nikahnya"
"wah irit banget ci"
"hahah,, irit ya?,, ak kepikiran aja karena konsep nikahku pengen ada banyak buku-buku dan foto-foto,, kalo ngebawa banyak buku ke rumah kok seperti nya lebih boros dan ribet ya"
habis ngobrol-ngobrol sama dewi, sempet memperlajari juga 1000 ideas about library wedding, library wedding venues for literature lovers, how to have the best literary wedding ever dst dst dan mereka simpel sih di sana, jd karena desainnya uda bagus dari awal tempatnya, tinggal di modif dikit, kita bisa focus ke yg lain, jadi anggarannya bisa dialokasika either ke kostum ato makanan,, seperti itulah kurang lebih,,
oiya masalah kuota gw kira gaperlu banyak-banyak juga,, org2 terdekat dan itu cukup :)
hmm,, sebenernya mw mengkritisi budaya yg mengakar di beberapa wilayah di indonesia,, mengapa ya kalo bowohan itu harus 'dicatat' siapa aja yg datang dan dia 'bowoh berapa' jadinya ak dengernya kok kayak seakan-akan hutang-menghutang gt ya, jadi semakin jauh sama filosofi nika, jd uda jelas banget gw gaakan mengadopsi sistem yg itu ")
gw gaperlu acara pernikahan gw berakhir dengan "kesimpulan jamuran" akhir2 ini,, kayak oh jadi sama dia, wah makanannya kurang ya,, panas ya tempatnya,, desainnya bagus ya,, ato komentar baik positif atau negatif lainya,, gw rasa kalo gw nikah gw gaperlu terlalu fokus sm komentar org, thats way kenapa cukup org2 terdekat yg mengerti kita aja yg uchi undang,, karena tanpa perlu menjelaskan apa-apa mereka pasti paham ')
kemudian juga lagi seneng belajar konsep-konsep pemikiran mba dea, mba dea itu seorang kakak kelas PD 09, kalo baca-baca tulisannya seneng soalnya mbanya bisa mensinkronkan antara realita dan mimpi, kehidupan pribadi dan asmara paling penting,, misal baca statemen mba nya seperti ini
"aku merasakan bahwa semakin kesini dan semakin bertambahnya umur, apa yang kupikirkan dan menjadi bahan pertimbangan semakin banyak, lucky me, aku belum menikah dan belum harus bertanggung jawab pada sesuatu yang menurutky belum bisa kutanggung karena akan menghalangi mimpiku"
selain mba dea ada eric weiner, ada ika natassa, ada mba indit, banyak banget, dan sukaaaaaa,, benarbenar sedang jatuh cinta sama tulisan-tulisan seperti ini, dan merasa belum ada apa-apa nya sampe hari ini,, oh where did even my january go :'>
"kalo kamu ci?"
"aku maw di perpus aja kayaknya nikahnya"
"wah irit banget ci"
"hahah,, irit ya?,, ak kepikiran aja karena konsep nikahku pengen ada banyak buku-buku dan foto-foto,, kalo ngebawa banyak buku ke rumah kok seperti nya lebih boros dan ribet ya"
habis ngobrol-ngobrol sama dewi, sempet memperlajari juga 1000 ideas about library wedding, library wedding venues for literature lovers, how to have the best literary wedding ever dst dst dan mereka simpel sih di sana, jd karena desainnya uda bagus dari awal tempatnya, tinggal di modif dikit, kita bisa focus ke yg lain, jadi anggarannya bisa dialokasika either ke kostum ato makanan,, seperti itulah kurang lebih,,
oiya masalah kuota gw kira gaperlu banyak-banyak juga,, org2 terdekat dan itu cukup :)
hmm,, sebenernya mw mengkritisi budaya yg mengakar di beberapa wilayah di indonesia,, mengapa ya kalo bowohan itu harus 'dicatat' siapa aja yg datang dan dia 'bowoh berapa' jadinya ak dengernya kok kayak seakan-akan hutang-menghutang gt ya, jadi semakin jauh sama filosofi nika, jd uda jelas banget gw gaakan mengadopsi sistem yg itu ")
gw gaperlu acara pernikahan gw berakhir dengan "kesimpulan jamuran" akhir2 ini,, kayak oh jadi sama dia, wah makanannya kurang ya,, panas ya tempatnya,, desainnya bagus ya,, ato komentar baik positif atau negatif lainya,, gw rasa kalo gw nikah gw gaperlu terlalu fokus sm komentar org, thats way kenapa cukup org2 terdekat yg mengerti kita aja yg uchi undang,, karena tanpa perlu menjelaskan apa-apa mereka pasti paham ')
kemudian juga lagi seneng belajar konsep-konsep pemikiran mba dea, mba dea itu seorang kakak kelas PD 09, kalo baca-baca tulisannya seneng soalnya mbanya bisa mensinkronkan antara realita dan mimpi, kehidupan pribadi dan asmara paling penting,, misal baca statemen mba nya seperti ini
"aku merasakan bahwa semakin kesini dan semakin bertambahnya umur, apa yang kupikirkan dan menjadi bahan pertimbangan semakin banyak, lucky me, aku belum menikah dan belum harus bertanggung jawab pada sesuatu yang menurutky belum bisa kutanggung karena akan menghalangi mimpiku"
selain mba dea ada eric weiner, ada ika natassa, ada mba indit, banyak banget, dan sukaaaaaa,, benarbenar sedang jatuh cinta sama tulisan-tulisan seperti ini, dan merasa belum ada apa-apa nya sampe hari ini,, oh where did even my january go :'>
0 komentar