luxury quality

04.54

Kualitas paling mewah apa yang "pernah", "sedang", atau "akan" kamu miliki? Luxury Quality.  Bagi saya Luxury Quality terjadi ketika saya masuk ke dalam suatu imaginasi. Imaginasi suatu film, buku, seseorang, ataupun saya sendiri. Bagi saya sendiri, imaginasi adalah suatu proses sebelum realita terjadi. Beberapa orang disekitar kita mengatakan imaginasi adalah bayangan, ekspektasi, angan-angan, kekuatan, khayalan, dan beberapa ketidakmungkinan. Di era modern seperti sekarang, imaginasi tentu lebih diterima dan lebih berkelas dibandingkan masa sebelumnya. Mengapa? karena kita memasuki era kreatif. Kembali ke imaginasi, tentu saya memutuskan tidak egois masuk ke dalam imaginasi saya sendiri, saya sangat suka ketidakterbatasan imaginasi dalam beberapa karya sebuah film. Banyak sekali film diadaptasi dan terinspirasi dari kehidupan realita, dan dalam kehidupan realita kita juga sering menemui statemen "itu cuma ada di film". Ini menarik bagi saya. Jika film berasal dari realita, dan realita secara implisit menolak "nyatanya sebuah film" maka terdapat alasan disana. Benar sekali, hal-hal tidak menyenangkan di dunia nyata terlihat lebih menarik dalam film. Mari kita ambil contoh, di dalam sebuah film terdapat jalanan Jakarta dengan identitas kemacetannya, di dunia nyata juga ada, namun di film terlihat lebih menarik entah itu dalam kategori nuansa senja, pagi ceria, atau menusuknya malam. Sementara dalam realita, ya biasa gitu-gitu aja, suara motor, klakson mobil, knalpot, teriakan supir angkot, saya sepenuhnya yakin anda bisa membayangkan. Pendalaman lebih dalam terkait realita dengan modifikasi kreatifitas, menjadikan macet dalam sebuah film "lebih" filosofis. Konsep ini bekerja dalam kehidupan saya, ketika konsep ini bekerja saya menamakannya Luxury Quality.

Secara sederhana, di dunia ini kita mengenal dua macam momen, momen bahagia dan momen tidak bahagia. Pikiran kita sendiri terdidik dari kecil mentransform momen tidak bahagia menjadi bahagia. "Walaupun kamu sakit, kamu harus tetap semangat, mengapa? Karena di saat kita sakit Allah mengambil dosa-dosa kita", "Walaupun kamu putus dari pacar kamu, kamu harus tetap bahagia, mengapa? Karena Allah tahu yang terbaik bagi kita, dan itu berarti jawaban dari Allah dia tidak baik bagi kamu", "Jangan sedih dong walaupun dompet hilang, karena pada dasarnya kita tidak mempunyai apa-apa", you see? kita terbiasa terdidik mentransform momen tidak bahagia menjadi bahagia, dan menjadikan "bahagia harus mempunyai alasan". Kita bahagia jika mendapat es krim, kita bahagia jika hidup dalam keluarga yang baik-baik saja, kita bahagia jika pekerjaan kita cukup menguntungkan, dan jika-jika lainnya. 


Pada suatu hari seorang laki-laki pergi dalam kehidupan saya, karena saya mempunyai teman cerita, saya berbagi cerita dengannya, dan dia mengatakan "Coba kamu bayangkan FTV-FTV yang biasa kamu tonton deh ci, kamu mirip banget lo sama ceritanya" imaginasi saya bekerja dan saya tertawa, bahagia, luxury quality. Pernah juga saya mengerjakan beberapa projek hingga larut malam, hingga pukul dimana keberanian saya untuk pulang ke rumah hilang, kemudian saya membayangkan "saat kamu pulang ci, ada seribu malaikat dibelakang kamu, motor kamu adalah kuda dengan kecepatan yang gausah ditanyakan lagi kecepatnya", secara otomatis saya pulang dengan bahagia, luxury quality. Saya juga pernah ada dalam momen pelampiasan, dimana orang-orang disekitar saya melampiaskan kemarahan, kekecewaan, letih mereka kepada saya, sekali lagi imaginasi saya bekerja "ini mirip banget sama cerita snow white", dan saya tertawa sendiri, bahagia, luxury quality. Realita dan imaginasi saya secara absolut tidak dapat dipisahkan dan bekerja sama secara otomatis ke dalam hampir seluruh momen dalam hidup saya. Hal ini secara terus menerus mengajarkan saya untuk terbiasa bahagia tanpa alasan. So there is my luxury quality, may i know whats your luxury quality? share with me share with me :p

You Might Also Like

0 komentar