the prettiest books
19.40
This week I'm bringing you a selection of my favourite 'pretty books'. By 'pretty", I'm referring to the books that I like to keep sitting proudly on the coffee table or popping out at eye level on my book shelves. They are inspiring to read, beautiful in every way, and I hope that you'll love them just as much as I do *) (yey bisa menirukan gaya Estee Lalonde dalam mereview sebuah buku '"> )
Those thoughts are usually crossing my mind whenever I'm driving home by myself, every day I keep on thinking how grateful I am to have everything I have right now. Beberapa hari belakangan sempat membaca "cobalah belajar menjadi manusia dulu sebelum belajar Allah dan Malaikat", saat pertama kali membaca, saya berfikir statemen ini benar atau salah ya, disatu sisi benar namun sisi lainnya dalam fikiran saya itu salah. Saya berfikir statemen itu benar karena mempelajari manusia merupakan landasan dasar bagi saya untuk bisa menjadi manusia, memahami setiap hal dalam tindakan manusia, hal itu bermanfaat bagi saya untuk mengurangi "komplain" kepada manusia lainnya. Contoh sederhananya seperti ini, di dalam suatu kasus ada seorang perawat komplain kepada asisten saya, perawat tersebut komplain sekaligus marah-marah karena merasa farmasi sangat lama dalam menyiapkan obat padahal pasien membutuhkan segera obatnya, sementara asisten saya merasa tugas kita bukan hanya mengambil obat dan menyerahkan, tetapi melingkupi seluruh sistem didalamnya, termasuk menulis kartu stok, membuat kuitansi, menulis etiket, mengecek, dan mengantarnya, begitu juga dengan perawat tugas mereka bukan hanya menerima obat, mereka juga bermain dalam seluruh sistem kerja perawat. Saya sangat senang memposisikan diri saya di posisi "menjadi dia" ketika mengalami hal seperti ini, metode ini sangat meringankan pekerjaan saya. Dari sini bisa lihat bagaimana mempelajari manusia sangat menarik sekaligus penting bagi saya, oleh sebab itu statemen yang telah kita bahas sebelumnya menjadi benar bagi saya, bagaimana jika kita mempelajari manusia terlebih dahulu sebelum mempelajari Allah dan Malaikat. Saya rasa jika hubungan kita dengan sesama manusia baik, damai, Allah juga akan senang melihatnya. Tetapi statemen diatas juga bisa menjadi salah, karena bagaimana kita bisa hidup tanpa ada petunjuk dari Allah? Misalnya karena saya tidak mengenal Allah, saya jadi tidak tahu apa yang Allah sukai dan apa yang Allah benci. Oke, anggap saja hidup saya dimulai dari bangun pagi, karena saya tidak mempelajari Allah, ketika saya bangun pagi, saya jadi tidak tahu kapan sebaiknya saya bangun tidur? apakah pukul 4 pagi? 5 pagi? 6 pagi? Karena saya hanya mempelajari manusia, saya akan memutuskan bangun pukul 6 pagi, karena saya bekerja pukul 7 pagi, dimana manusia seperti saya sudah berada di tempat kerja dalam waktu yang sama. Karena saya tidak mempelajari Allah dan Malaikat, saya jadi tidak tahu, kalau sebenarnya Allah sangat menyukai shubuh dan memerintahkan saya untuk sholat shubuh, saya juga jadi tidak tahu bahwa pada pukul 4 pagi (waktu shubuh) Malaikat-malaikat Allah turun dari langit, saya jadi tidak tahu, karena tidak mempelajari Allah saya juga jadi tidak tahu bahwa hakikat saya diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah. Apakah seperti itu? itu landasan mengapa ada lindasan salah dalam statemen yang kita bahas sebelumnya. Jadi bukan lagi pertanyaan apakah statemen "mempelajari manusia duluan atau Allah duluan" yang saya pertanyakan, tetapi pertanyaannya berubah menjadi mengapa ada statemen seperti itu muncul? ternyata karena akhir-akhir ini banyak sekali keramaian disosial media terkait agama "itu salah itu benar", "hanya agama kita yang benar agama kamu salah", danseterusseterusnya. Sehingga penulis statemen berfikir "yauda kamu belajar jadi manusia dulu ajalah sebelum belajar tentang Allah". Saya kemudian berfikir kembali, semarah apakah sebenarnya penulis statemen sehingga dia sampai berkata seperti itu? Singkat cerita saya jadi bertanya kepada diri saya sendiri, apapun tentang Allah pasti itu damai dan tenang, dan menemukan buku ini, buku ini sangat menjawab terkait pertanyaan-pertanyaan saya, ternyata jawabannya adalah ikhlas, hidup tanpa pretensi apa-apa *)
This book is so cool and source mind inspiration *)
0 komentar